ini bukan selalu tentang aku dan rasaku, aku bisa jadi siapapun disini, ini panggung dan aku aktrisnya. selamat menikmati pertunjukan yang kusuguhkan melalui kata.

Kamis, 15 Agustus 2013

waktu


"segalanya mudah ketika sudah waktunya"

 

gw percaya, segala sesuatunya mudah dan indah ketika memang sudah waktunya..
karena gw sendiri sudah merasakan bagaimana waktu akhirnya memudahkan dan mengindahkan segala sesuatu yang gw kira sulit dan akan sangat menyakitkan pada awalnya. merelakan, melepaskan, mengikhlaskan dan memahami serta menyadari.
mungkin banyak yang berpikir gw melebih lebihkan rasa atau mendramatisir luka dan ketakutan..
namun segalanya hanya memang seperti itu.

gw pernah ada di satu titiik dimana      "ada cinta yang di doakan mati oleh pemiliknya"


orang yang mencintai butuh dihargai dengan dicintai sama besar, tapi lebih sering orang yang mencintai lebih besar diperlakukan seenaknya oleh pasangannya.
menjadi luar biasa hanya untuk dianggap tidak ada.
dan ketika si pemilik justru mendoakan cintanya mati, itu bukan karena rasa cintanya tidak besar tapi karena terlalu besar hingga membuatnya sesak.

gw pernah sangat mencintai namun merasa tidak pernah dicintai sama besar.
entah gw yang hanya merasa seperti itu atau memang benar seperti itu, gw tidak pernh berani menebak hati seseorang.
dia membuat gw hidup hanya untuk dibunuh berkali kali dengan segala tingkah dan polanya..
dengan segala sikap dan kata yang entah dimaksudkan untuk menyakiti atau tidak.
bersamanya rasanya ada yang mati perlahan lahan ; hati.. namun tanpanya gw merasa akan mati detik itu juga.
akhirrnya..
dengan atau tanpa dia gw akan tetap mati, lucunya saat itu gw memilih kematian yang perlahan, tetap bersamanya dan mati perlahan lahan. sampai gw berpikir "apa harus babak belur kaya gini hanya untuk mencintai seseorang", dan pada kahirnya gw tetap mencintai dia sambil berharap cinta itu hilang dan mati pada akhirnya.
ya memang segalnya mudah ketika sudah waktunya, namun beberapa orang bersikap sangat pengecut dengan membiarkan waktu menjadi penentunya, karena rasa takut mengambil keputusan, ya... gw adalah salah satu dari beberapa orang itu.
saat itu gw terlalu takut untuk merasa sakit ketika tidak bersamanya, namun tanpa disadari gw justru membuat diri gw merasa sakit berlarut larut, saat itu gw terlalu takut kehilangan sampai gw tidak sadar justru gw kehilangan diri gw sendiri, hati dan seluruh logika gw.
dan benar..
waktu memang penyembuh
waktu mampu membuat seseorang mengerti sesuatu
kini..
ketika memang sudah waktunya..
segalanya mudah, segalanya terasa tidak menakutkan lagi.
akhirnya gw memahami dan menyadari bahwa memang ada yang harus gw relakan ; hubungan gw dan dia.
sesayang apapun gw, segalanya tidak pernah berjalan dengan baik.
tapi gw pikir, ketika dulu gw menjadi terlalu pengecut dengan menjadikan waktu sebagai penentunya, gw hanya memerpanjang deretan rasa yang tidak menyenangkan..
seandainya dulu gw berani mengambil keputusan untu pergi atau tidak menjadikan waktu sebagai penghilang rasa
mungkin hati dan rasa gw tidak akan semati ini, sedingin ini..
gw tidak akan membuang buang waktu yang tidak sedikit untuk menyiksa diri sendiri.
dan dia tidak akan semenyakitkan itu hanya sekedar untuk dikenang.

dan sekali lagi...
haruskah gw membiarkan waktu menjadi penentu segala gundah? menjadi pengeksekusi kepengecutan gw dalam mengambil keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar